Sunday, March 8, 2015

Telemedicine: Akses dan Fasilitas kesehatan bagi Pasien Kronis yang Terisolasi



Bagaimana cara menyelamatkan pasien kronis yang berada di wilayah terpencil dan jauh dari pusat kota apalagi rumah sakit? Telemedicine jawabannya.


Pelayanan Rumah Sakit Anak Colorado, dan beberapa rumah sakit lain di Amerika Serikat memiliki sistem telemedicine yang sangat terintegrasi. Dengan jaringan di 16 lokasi terisolasi yang berbeda dan dengan bantuan 150 klinik di sekitar wilayah pedalaman, Rumah Sakit Anak Colorado dapat menyediakan 1.000 dokter anak dan 3.600 staf tetap yang bertugas mendampingi anak dengan penyakit kronis. Pelayanan ini dibuat khusus untuk meningkatkan kualitas akses kesehatan dengan mengoperasikan klinik regional yang lebih kecil dan tersebar di setiap penjuru perumahan pasien demi pelayanan kesehatan yang lebih dekat dengan pelanggan. Mereka telah membuat sistem bernama “Telemedicine

Apa itu Telemedicine?
Telemedicine didefinisikan sebagai penggunaan teknologi telekomunikasi jarak jauh yang terintegrasi untuk menyediakan informasi medis maupun layanan medis seperti layanan konsultasi, rekam medis, diagnosis, operasi, sampai pengobatan. Aplikasi ini bisa sangat sederhana, misalnya dalam bentuk dua orang profesional kesehatan berdiskusi tentang suatu kasus melalui telepon atau menggunakan teleconference, atau sangat canggih menggunakan teknologi satelit untuk mengirimkan konsultasi antar provider pada fasilitas yang berbeda negara menggunakan teknologi robotik.



Tipe-tipe teknologi yang digunakan dalam telemedicine di Rumah Sakit Anak Colorado terdiri dari teleradiology (pengiriman gambar X-ray, CT scan atau MRI) dan telepathology (pengiriman diagnosis) dengan cara:
1.     Store (merekam keadaan pasien dengan alat yang ada di setiap klinik yang tersebar di lokasi yang telah ditentukan untuk menjadi bahan diagnosis para dokter).
2.     Forward (men-transfer digital image dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sebuah citra digital diambil menggunakan kamera digital dan dikirim melalui komputer ke lokasi lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk kondisi yang tidak darurat, ketika sebuah diagnosis atau konsultasi dibuat dalam kurun waktu 24─48 jam dan dikirim kembali.

Teknologi lain yang paling sering mereka gunakan adalah IATV (Inter Active TV) dua arah. Infrastruktur Cisco Unified Communications memiliki 10.000 port yang membantu aktifkan kolaborasi jarak jauh dengan Cisco TelePresence System. Teknologi ini digunakan ketika pasien memerlukan konsultasi face-to-face. Pasien, provider, perawat atau coordinator telemedicine berada di satu klinik atau mobil telemedicine yang terisolasi, dengan seorang dokter atau spesialis di sisi yang lain, biasanya di rumah sakit pusat.

Rumah Sakit Anak Colorado dapat mencapai tujuan untuk pemulihan bencana dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai rumah sakit lainnya melalui penerapan solusi Cisco® Unified Communications dan Cisco Unified Border Element (CUBE) untuk cabang Session Initiation Protocol (SIP). Sebagai salah satu organisasi kesehatan pertama di Amerika Serikat yang menyambungkan kondisi pasien dari mobil ke rumah sakit pusat, rumah sakit ini berhasil menggunakan sistem Public Switched Telephone Network (PSTN) menggunakan SIP trunking.

Tim medis di Rumah Sakit Pusat Colorado telah melakukan banyak konfigurasi untuk konsultasi interaktif, terutama konfigurasi antara rumah sakit di kota dan klinik atau mobil telemedicine di desa. Anak yang menjadi pasien tidak harus menempuh perjalanan dari desa ke kota untuk menjumpai seorang spesialis, dan di beberapa kasus seorang spesialis bisa disediakan untuk daerah-daerah yang jauh tanpa kehadiran secara fisik si spesialis di daerah-daerah tersebut.



Manfaat telemedicine mencakup ke dalam tiga aspek yang saling terkait, yaitu pasien, dokter, dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi pasien adalah:
·      Mengurangi jarak tempuh dan mempercepat akses pasien ke rumah sakit pusat atau rujukan.
·      Menurunkan biaya operasional dan meningkatkan akses berkualitas tinggi bagi pasien perawatan yang tinggal di daerah terpencil.
·      Mengurangi biaya transportasi dari wilayah pedalaman ke pusat kota.
·      Membantu meningkatkan peluang keselamatan pasien dan menyelamatkan jiwa dengan penanganan pertama yang tepat sasaran melalui teknologi terpadu dalam waktu yang relatif singkat.
·      Pasien dapat merasakan tetap dekat dengan rumah, keluarga, dan sahabat sehingga mereka menerima dukungan langsung.
·      Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat kerja.
·      Menyeleksi pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan pasien yang tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Penggunaan teknologi ini telah banyak membantu pasien yang menderita penyakit kronis seperti paru-paru, jantung, leukimia, thallasemia, lupus, epilepsi. Sekitar 300 jiwa per tahun terselamatkan dengan teknologi ini. Pasien dengan cedera di kepala yang tadinya harus diangkut menggunakan helikopter ke Rumah Sakit Anak Colorado pun bisa diobati melalui telemedicine melalui cara menghubungkan pasien dengan seorang ahli bedah saraf pediatris di rumah sakit pusat. Teknologi ini pun telah mengurangi jumlah transfer pasien gawat darurat dari rumah sakit mitra di Montana sebesar 60% dengan menggunakan Cisco TelePresence untuk kolaborasi antar dokter.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia yang sebagian besar masih terdiri dari wilayah terpencil dan jauh dari akses kesehatan yang memadai? Telemedicine tentu saja dapat menjadi solusi atas pertolongan pertama pada kecelakaan, bencana, atau penyakit kronis, sekaligus dapat membantu mengurangi tingkat kematian anak yang terjadi akibat kurangnya tenaga medis di daerah terisolasi. Peningkatan kualitas pelayanan di klinik kecil pun dapat dilakukan dengan teknologi yang terintegrasi ini.

Telemedicine di Indonesia
Penerapan telemedicine di Indonesia masih jauh dalam bayangan karena aplikasi teknologi ini bukanlah sesuatu yang murah dan mudah. Dengan biaya penyelenggaraan teknologi informasi yang terbilang mahal serta penyediaan infrastruktur teknologi informasi yang masih sulit untuk dilakukan, telemedicine di Indonesia menjadi sangat jauh dari kenyataan. Bandwidth di Indonesia pun tidak mendukung terciptanya integrasi telekomunikasi yang dibutuhkan sehingga negeri ini masih harus berbenah dan bersiap untuk membuka diri lebar-lebar terhadap aplikasi teknologi yang nantinya akan menolong lebih banyak jiwa.

Kecepatan perkembangan telemedicine di Tanah Air tergantung pada harga infrastruktur teknologi informasi. Semakin turun harga infrastrukturnya, semakin cepat pula perkembangan telemedicine di Indonesia.

Tatit Kurniasih