Sunday, August 29, 2010

keraguan yang ditimbulkan oleh ucapan kawan lama

HHeey, blogkuu, sudah lama sekali aku tidak meng-entry cerita2ku ke lembaran2 di dalam blog ini.
Maklum,, mungkin karena aku terlalu malas untuk membuka komputerku, atau mungkin karena aku tidak memiliki apapun untuk diceritakan. .

yaa, itu memang benar, dan aku tidak bisa menyangkalnya, sedikitpun !

Tapi saat ini, aku memiliki sesuatu yang bisa aku ungkapkan dan ceritakan disini, maaf jika terkesan lebay, namun sesungguhnya memang ini yang aku rasakan. Terimakasih.

Jadi, begini looh, jerapah betina,
aku sedang ditinggal pacar keluar kota, dan selama itu, aku dekat dengan beberapa teman lamaku. Kami banyak bercerita dan bertukar pikiran tentang apapun yang ingin kami bicarakan saat itu. Sampai kepada suatu topik yang sesungguhnya tidak ingin kubicarakan, karena aku sedang sensitif akan hal itu, yakni : PACAR.

Ketika mereka bertanya : "siapa pacarmu sekarang ? anak mana ? sudah berapa lama ?, dsb, dst.
Aku benar2 tidak ingin menjawab : "si a, dy kuliah di 'somewhere', uda jadian selama ...bulan, dsb, dst."

Kenapa aku tidak ingin membicarakan hal itu ? kenapa aku terkesan enggan menyebutkan, bahkan seperti menyembunyikan jatidiri sang pacar ?
Mengapa ? Bukankah setiap wanita justru bangga ketika mereka ditanya seperti itu ? Mengapa aku tidak merasa seperti itu ?
Bukan karena aku malu atau tidak mau mengakui kehadiran sang pacar dalam hidupku, namun sejujurnya Aku merasa tidak suka apabila orang lain berusaha mengatahui dan memasuki kehidupan pribadiku, yang seharusnya tidak untuk diumbar2 di hadapan publik, karena aku bukanlah 'publik figur'yang gerakgeriknya ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat.


Dan ketika mereka tidak setuju atas pilihanku, mereka merasa bahwa cowo tsb tidak pantas menjadi pacarku, aku merasa sediih.

Mereka bilang bahwa fisik adalah pertimbangan no.1 dalam menerima/menolak cinta seseorang. Kekayaan menduduki peringkat kedua, dan kepintaran menduduki peringkat ketiga.

Hal ini semakin membuatku bertanya2, apa motivasi dari hubungan mereka ? apa yang sesungguhnya mereka rasakan ? apakah tujuan mereka dapat tercapai jika sudah melewati beberapa pertimbangan2 tersebut ? apakah seseorang perempuan harus memutuskan hubungannya dengan pacarnya apabila fisik, kekayaan, dan kepintarannya tidak sebanding ?

Jika YA, aku ingin bertanya lagi, dimana letak kebenaran pepatahh : 'cinta itu tidak memandang muka, namun memandang hati' ? dimana letak 'cinta sejati' yang katanya dapat bertahan lama sampai pesona fisik seseorang tidak lagi dapat dikatakan baik ?

Apakah peradaban manusia sudah melenceng sebegitu jauhnya, sampai2 mencintai pun harus didasarkan pada penampilan luar dan kekayaan ?

huff,
aku menjadi ragu, ragu untuk mencintai dan mencintai seseorang di jaman yang mengikis hati, seperti saat ini.

T_T

No comments:

Post a Comment