Entah mengapa, sore yang mendung ini membuat saya sedikit galau, untuk memikirkan apa yang seharusnya tidak saya pikirkan, keluhkan, bahkan tuliskan disini.
Diatas itu semua, saya merasa perlu menuliskannya semata-mata hanya untuk melepaskan kepenatan dan melegakan hati yang selama ini seperti menahan rintihan.
Entah sudah berapa banyak hari saya lewati dengan perasaan seperti ini.
Jogja, hanya jogja lah yang dapat menjawab semua ini, semua kegundahan dan keresahan ini.
Mengapa Jogja?
Mengapa bukan Jakarta?
Entahlah, mungkin karena Jakarta sudah terlalu sempit, sesak dan busuk untuk ditinggali, atau Jakarta memang tidak ingin ditempati oleh orang seperti saya.
Apapun alasannya, saya tetap memilih Jogja.
Jika saya boleh memilih untuk memulai hari yang baru dengan sederhana di Jogja atau memulai hari sebagai orang kaya di Jakarta, saya tetap akan meilih untuk menjadi orang sederhana di Jogja.
Karena bagi saya yang terpenting adalah kebahagiaan dan keintiman dengan TUHAN.
Percuma jika saya bisa hidup dalam kekayaan namun miskin akan firmanNYA.
Intinya, saya rindu jogja dan seluruh kesederhanaan hidupnya karena disanalah saya dapat merasakan hidup yang sesungguhnya.
Tunggu aku di Jogjakartamu, Rato Tanggela.
#MenunggguWaktu
No comments:
Post a Comment